2023-09-25 | adminmet

Sejarah Macaroni Schotel, Sajian Elit Warisan Budaya Kolonial Hindia Belanda

Budaya kuliner biasanya berasal dari percampuran kebudayaan setempat dan kebudayaan pendatang. Budaya kuliner yang berkembang dan dilestarikan di Indonesia pun sama. Seperti yang sudah diketahui, Indonesia pernah menjadi jajahan Belanda dan memeroleh kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.

Banyak aspek pengaruh kebudayaan yang ditinggalkan dan menjadi bagian dari kebudayaan di Indonesia hingga saat ini, salah satunya adalah kuliner. Salah satu kuliner yang berasal dari kebudayaan Eropa dan dibawa oleh orang Belanda adalah macaroni schotel.

Sajian macaroni panggang ini banyak digemari karena rasanya yang lezat dan mengenyangkan. Macaroni schotel terbuat dari makaroni, daging asap, kornet atau daging cincang, keju cheddar, susu cair, bawang bombay, bawang putih, mentega, telur, biji pala, lada, garam, dan gula. Nama schotel berasal dari kosa kata bahasa Belanda yang berarti hidangan.

Inilah mengapa nama macaroni schotel harus ditulis sebagai satu kesatuan yang berarti sajian makaroni (sejenis pasta).

Yuk, cari tahu sejarah dari sajian ini dalam uraian berikut.

Sejarah Makaroni Schotel

Macaroni schotel adalah salah satu makanan yang dibawa oleh orang Belanda ke kawasan jajahan Hindia Belanda.

Ketika itu, ibu-ibu rumah tangga Belanda biasa membuat sajian ini dalam sebuah pinggan atau wadah tahan panas untuk memanggangnya. Dilansir dari kompas.com, sajian ini dibawa pada pertengahan abad ke-19 dan biasa ditemukan di buku-buku resep masak yang bebas beredar pada masa itu.

Awalnya sajian ini biasa disebut dengan macaroni casserole, yang kemudian oleh orang Indonesia disebut dengan macaroni schotel yang mengacu pada nama pinggan yang digunakan untuk memanggangnya. Sajian ini awalnya bukan asli berasal dari Belanda tapi merupakan sajian yang banyak dikonsumsi dan dibuat di Eropa Utara seperti Swedia dan Finlandia.

Makanan ini lalu menyebar hingga ke Eropa Barat, salah satunya hingga di negeri Belanda. Sajian ini lalu diperkenalkan kepada masyarakat pribumi Hindia Belanda di negeri jajahan Belanda kala itu. Awalnya sajian ini enggak terjangkau oleh semua golongan masyarakat, bahan makanan dan alat-alat membuatnya cukup mahal dan enggak bisa dijangkau oleh rakyat kecil.

Penggunaan pasta yang terbuat dari gandum juga belum familiar di lidah atau pengetahuan masyarakat kala itu. Hal inilah yang membuat sajian macaroni schotel sebagai sajian mewah yang hanya dikonsumsi kalangan elite. Jikapun ada orang pribumi yang bisa membuatnya, orang tersebut pasti merupakan kalangan elite pribumi yang bukan orang sembarangan.

Perkembangan sajian macaroni schotel

Seiring perkembangan zaman, resep ini diturun-temurunkan sebagai salah satu sajian warisan kebudayaan kolonial. Macaroni schotel mulai banyak dimasak dan disajikan oleh rumah tangga kalangan elit pribumi kala itu.

Biasanya sajian ini diperuntukan sebagai hidangan istimewa di lingkungan keluarga kalangan menengah ke atas. Pasca kemerdekaan Indonesia, sajian ini semakin umum dibuat dan dikonsumsi pada momen-momen tertentu misalnya acara pesta. Ketika itu makanan ini bisa menunjukkan gengsi atau status sosial yang tinggi di kalangan masyarakat pribumi.

Hal ini mengingat enggak semua orang punya akses untuk membeli berbagai bahan-bahan mewah yang digunakan untuk membuat sajian ini, seperti keju, daging cincang, susu, makaroni, dan lain sebagainya. Nah, Kids, itulah uraian sejarah singkat dari sajian macaroni schotel yang merupakan kuliner yang dibawa oleh bangsa Belanda ke negara kita.

Hingga hari ini sajian macaroni schotel masih banyak dibuat dan digemari oleh banyak orang karena rasanya yang lezat, tekturnya yang lembut, dan bahan dasarnya yang terbuat dari gandum dan cukup mengenyangkan.

5 Fakta Makaroni Schotel, Hidangan Praktis Bergizi Favorit Semua Orang

1. Pertama kali dikenalkan bangsa Belanda

Macaroni schotel diperkenalkan pertama kali oleh Belanda saat datang menjajah Indonesia. Makanan ini banyak dibuat oleh nyonya belanda sebagai hidangan sehari-hari atau suguhan tamu. Makanan ini memiliki nama asli macaroni caserole dan berasal dari Italia.

Karena orang Indonesia kesulitan menyebut namanya, akhirnya makanan ini dikenal dengan macaroni schotel. Schotel sendiri berasal dari nama adalah piring/wadah yang digunakan untuk memasak hidangan gurih ini.

2. Dahulu hanya bisa dinikmati kaum bangsawan

Meski sudah dikenal lama di Indonesia, makaroni schotel dulunya hanya bisa dinikmati kaum bangsawan atau kelas atas karena bahan-bahan yang dibutuhkan cukup mahal pada saat itu seperti makaroni, keju, daging, susu dan lainnya.

Selain itu masyarakat Indonesia belum terbiasa dengan rasa dan tekstur makaroni karena bahan baku makaroni terbuat dari gandum.

3. Ada dua jenis makaroni schotel di Indonesia

Di Indonesia, makaroni schotel dimasak dengan dua cara yaitu dipanggang dan dikukus. Kebanyakan makaroni schotel kukus dijadikan menu mpasi balita dan anak-anak karena rasanya lebih soft atau tekturnya juga lembut.

Sedangkan makaroni schotel panggang memiliki tekstur lembut di dalam dan sedikit krispy di luar. Hidangan ini banyak dijadikan hantaran, snack atau camilan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Bahkan makaroni schotel menjadi ide jualan yang cukup laris lho saat ini.

4. Olahan makaroni lainnya yang populer

Selain caserolle dan schotel, banyak olahan makaroni serupa yang bisa ditemukan di negara lain. Seperti Amerika yang mengenalnya dengan mac n cheese, ada pula Yunani yang menyebutnya fritata. Semuanya memiliki bahan dan bumbu yang hampir sama. Bahkan cara memasaknya juga mirip.

Tak heran bila olahan makaroni ini populer di dunia karena praktis, mudah, dan gizinya cukup lengkap mulai dari susu, keju, daging, sayur, dan makaroni yang dipakai

5. Tips sukses memasak makaroni schotel yang lembut

Meski membuat makaroni schotel terbilang mudah, namun banyak juga yang gagal atau bahkan kering saat memasaknya. Berikut beberapa tips agar makaroni schotel tetap lembut saat digigit

  • Memasak makaroni dalam air mendidih dan jangan lupa memberi minyak agar tidak menempel satu sama lain
  • Perhatikan waktu memanggang, jangan terlalu lama ataupun sebentar. Idealnya berkisar 20-45 menit saja
  • Waktu mengukus juga perlu diperhatikan agar makaroni tidak overcook. Kurang lebih butuh 15-20 menit untuk matang
  • Memasak menggunakan metode au ban marie atau meletakkan cetakan makaroni schotel yang dipanggang dengan air panas di bawahnya. Untuk wadah air panasnya, bisa menggunakan loyang atau semacamnya.

Tak harus menggunakan oven, kini makaroni schotel sudah bisa dinikmati semua orang di Indonesia karena harga bahannya cukup terjangkau dan cara membuatnya mudah. Siapa nih yang suka dengan makaroni schotel?

Baca juga:

Share: Facebook Twitter Linkedin